Kita tidak pernah tahu, sayang, siapa yang kelak akan
mengisi sela jari tangan kita. Menggenggamnya erat-erat. Entah, bahu siapa yang
akan menjadi sandaran nyaman untuk mendengar setiap keluhan menjelang lelap.
Atau, memberikan pelukan hangat saat dunia menatap sinis mengacuhkan.
Kita tak pernah tahu, apakah ayah dan bunda baru kita akan
peduli, sepeduli orangtua lahir kita. Apakah mereka akan menyayangi layaknya buah
hati mereka. Mengasihi sepenuh hati mereka.
Kita tak pernah tahu, bagaimana rupa dan wujud belahan jiwa
kita kelak. Sombong, kah? Penyayang? Baik hati, arogan, penyabar, malas, rajin,
atau galak sekalipun. Kita tidak pernah tahu itu sebelumnya.
Sayang,
Hari ini, hingga ku ketikkan sebuah tulisan ini, segalanya
masih menjadi rahasia. Tolong, jangan berusaha mendahului. Hari esok masih
terlihat abu-abu. Aku mohon, jangan bersikeras memaksa. Terkadang, kita yang
tergesa-gesa. Terburu ingin segera tahu. Mendesak. Menggurui. Lalu beberapa
saat kemudian berkata, "Kita tidak ditakdirkan untuk bersama." dan
kita pun berlalu sia-sia. Itu yang kau inginkan, sayang? Entah.
Kemarilah, mendekat. Biar aku kasih kau sebuah pengertian. Didalam
hidupku, banyak yang telah berlalu. Si Peduli, si Rasional, si Baik, si Bocah,
si Dewasa, si Perasa. Kau tahu, mereka berlalu dengan alasan yang sama,
s.e.l.a.l.u sama. Apakah itu akan terjadi padamu juga, sayang? Entah.
Memang, aku selalu mengabaikanmu, berpura-pura bodoh saat
berada didepanmu. Tak salah, aku selalu membuatmu menangis sendirian, membuat
perjuanganmu tampak tak berguna, memupuskan asa yang kau rawat setiap harinya. Benar,
aku terkesan cuek padamu, tak mempedulikan teman-temanmu yang mencibir, ocehan
setiap orang yang memberi sebutan "Gagal Move On".
Sayang,
Aku ingin kau menjawab pertanyaan ini. Apakah semua akan
berjalan baik-baik saja seandainya ku ungkapkan cinta padamu, saat ini juga?
Apakah takkan ada cemburu, gelisah, dan kecewa ketika kita "berjanji"
untuk saling setia sebelum waktunya? Bukankah sekarang adalah waktu yang tepat untuk
berfokus pada cita-cita dan keluarga?
Harus aku katakan berapa ribu kali lagi padamu, pergilah
sendiri jika kau tergesa. Aku masih bersiap, memantaskan diri untuk menjadi
pelindungmu, menjadi imam untuk keluarga kecil kita, atau menjadi seorang
laki-laki yang pantas dibanggakan oleh ayah dan bundamu kelak. Itupun jika kau
bersedia.
Sayang,
Aku ingin kau tahu bahwa aku bukan seorang yang baik, tapi
setidaknya aku telah berusaha untuk tidak menjadi seorang bajingan.